Lesunya sektor tambang mempengaruhi pasar truk kelas berat. Direktur Penjualan dan Promosi Hino Motors Sales Indonesia (HMSI) Santiko Wardoyo mengatakan, kondisi yang tidak bagus di sektor tambang, khususnya tambang batubara mengakibatkan penjualan truk Hino menurun.
"Dibandingkan tahun lalu turun sekitar 16,5%," kata Santiko
Asal tahu saja, selama ini permintaan truk kelas berat Hino berasal dari berbagai wilayah pertambangan seperti Kalimantan dan Sumatra. Hitungan dia, sebesar 80% hingga 90% permintaan datang dari Kalimantan.
Penurunan penjualan mulai dirasakan sejak awal tahun. Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China menjadi salah satu pemicu lesunya sektor tambang. Santiko bilang, selama perang dagang masih berlangsung, penurunan penjualan truk kelas berat masih akan terjadi.
Oleh karenanya, hingga akhir tahun ini Hino tidak mau berharap banyak. Hino merasa kondisi pasar masih berat. Melihat permintaan yang lesu, Hino pun cenderung mengambil sikap wait and see hingga kondisi pasar kembali pulih.
Tidak hanya Hino, penurunan permintaan pasar juga dirasakan truk kelas berat Volvo. Chief Executive Officer PT Wahana Inti Selaras Bambang Prijono mengatakan hingga akhir tahun diproyeksikan penjualan truk berat Volvo mencapai 450 unit hingga 500 unit. Padahal tahun sebelumnya, penjualan bisa mencapai 600 unit.
Bambang juga melihat, lesunya sektor tambang menjadi pemicu utama lemahnya permintaan truk kelas berat. Pasalnya, hampir 90% pasar truk berat adalah sektor tambang.
Hingga akhir tahun ini, Bambang memprediksi, penjualan truk kelas berat Volvo maksimal sekitar 1.800 unit. Padahal di tahun lalu, penjualan bisa mencapai kurang lebih 2.400 unit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar