Rabu, 16 April 2014

HINO Indonesia Dukung Edukasi Pengelolaan Sampah di Wakatobi

Wakatobi kini telah dikenal luas sebagai salah satu destinasi wisata bahari yang menjanjikan, tidak hanya bagi wisatawan domestik namun juga wisatawan manca negara. Dan gencarnya promosi wisata petualangan bawah laut Wakatobi turut mendorong peningkatan jumlah wisatawan secara signifikan.

Sayangnya, kerap kali peningkatan okupasi wisatawan tidak dilakukan beriringan dengan kesiapan pengelolaan lingkungan oleh masyarakat setempat. Dan hal ini terkadang diperburuk oleh kebiaasaan perilaku hidup sehari-hari masyarakat yang tidak sadar akan pentingnya sanitasi lingkungan.

Wakatobi merupakan gugusan kepulauan yang terdiri dari 4 (empat) pulau besar: P. Wangi-Wangi, P. Kaledupa. P. Tomia dan P. Binongko dan termasuk dalam kawasan perlindungan Segitiga terumbu karang (Coral Triangle). Perairan Wakatobi seluas 1,39juta ha mayoritas didiami oleh masyarakat suku Buton sebagai penduduk asli Wakatobi dan mereka hidup berdampingan dengan masyarakat suku Bajau atau lebih dikenal dengan Bajo Wakatobi. Sebagai suku pengembara, suku Bajo membangun perkampungan di atas laut sehingga terbangun interaksi secara langsung dari kehidupan masyarakat Bajo dengan laut.

Namun kondisi memprihatinkan terjadi disekitar kampung Bajo Desa Mola, Kabupaten Wakatobi. Kanal-kanal disekitar rumah-rumah mereka dipenuhi oleh sampah yang menumpuk. Sampah-sampah itu datang tidak hanya berasal dari sampah rumah tangga Bajo Mola namun juga sampah penduduk yang tinggal di daratan dan sampah dari laut yang terbawa arus hingga mencapai kanal.  Oleh karena itu pengelolaan sampah sangat diperlukan di perkampungan masyarakat Bajo.

WWF-Indonesia Program Wakatobi bersama dengan fasilitator dari masyarakat setempat mengembangkan modul kurikulum pengelolaan sampah yang diterapkan pada 3 sekolah di Desa Mola Raya sebagai sarana edukasi. Modul ini diterapkan tidak hanya untuk sekolah namun juga untuk masyarakat suku Bajo Desa Mola secara keseluruhan. Demikian halnya kaum wanita sebagai garda terdepan terciptanya keluarga sejahtera menjadi sasaran program edukasi. Sehingga pentingnya lingkungan yang bersih tidak hanya dilakukan di sekolah namun juga di rumah.

Dalam upaya mengedukasi masyarakat Bajo mengenai dampak buruk membuang sampah kelaut, WWF-Indonesia didukung oleh HINO Indonesia, mitra yang selalu terdepan dan memiliki visi menjadi panutan dalam mendorong kesadaran lingkungan. Program edukasi pengelolaan sampah menjadi prioritas utama saat ini khususnya kepada para siswa dan ibu rumah tangga suku Bajo sehingga dalam radius 50 meter dari lingkungannya diharapkan bebas sampah.

"Potensi keindahan laut Wakatobi sungguh memikat dan menjadi tujuan pecinta olahraga bawah air. Namun dapat kita ditemui permasalahan sampah yang nyata dan bila tidak ditangani dengan baik dapat mengancam sanitasi dan kesehatan masyarakat secara langsung," ujar Direktur Marketing WWF-Indonesia Devy Suradji. "Tidak hanya itu, sampah juga dapat mengancam kesehatan kawasan Segitiga terumbu karang (Coral Triangle), termasuk keberadaan ribuan jenis ikan dan terumbu karang didalamnya. Ini artinya akan berdampak terhadap ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat dunia," tambah Devy Suradji. Hal ini diungkapkan dalam peresmian kerjasama program edukasi pengelolaan sampah yang dilakukan di Madrasah Iftidaiyah Swasta (MIS)  Desa Mola Nelayan Bakti, Wakatobi, Minggu, 6 April 2014.

Direktur Hino Indonesia, Jayashree Ralhan mengungkapkan bahwa laut Alor Solor telah membawa HINO Indonesia  hingga ke Wakatobi. " Tahun 2013 lalu kami lakukan rehabilitasi terumbu karang dengan metode  Rock Pile di Alor Solor demi membangun kembali rumah ikan disana untuk masyarakat Desa Marisa, P. Kangge. Dan kali ini HINO Indonesia mendukung sepenuhnya program  pelatihan pengelolaan sampah kepada guru-guru sekolah, siswa dan ibu rumah tangga yang ditargetkan di kampung Bajo Desa Mola. Karena kami berkomitmen kuat untuk terus lakukan upaya-upaya pelestarian alam melalui sarana dan prasana edukasi", pungkasnya.

"WWF-Indonesia telah menyusun sebuah modul pengelolaan sampah di laut yang akan digunakan sebagai alat penyadartahuan masyarakat. Hal ini kita harapkan dapat menjadi titik awal pengelolaan yang efektif  untuk mencapai perlindungan terhadap keaneka ragaman hayati  sekaligus kesejahteraan masyarakat yang tinggal di dalam kawasan Taman Nasional Wakatobi", penjelasan Project Leader WWF-Indonesia Program Wakatobi Sugiyanta. "Oleh karenanya kolaborasi berbagai pihak baik sekolah,  Kepala Desa serta Dinas Kebersihan dan PKK menentukan kesuksesan program ini", tambah Sugiyanta.

Tiga pilar besar yaitu lingkungan, pendidikan dan kesehatan menjadi prioritas yang memayungi kegiatan-kegiatan sosial HINO Indonesia yang sudah dilakukan sejak tahun 2007. Dan komitmen HINO Indonesia terhadap lingkungan dan konservasi ditunjukkan melalui produk-produk bus dan truk  yang sudah memenuhi syarat kepatutan EURO 2 dengan standard lingkungan hidup di Indonesia. Program edukasi pengelolaan sampah di Wakatobi merupakan program tahun ke-4 yang didukung oleh HINO Indonesia setelah program edukasi Panda Mobil, program reforestasi hutan di Taman Nasional Sebangau dan program rehabilitasi terumbu karang di Solor Alor, NTT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar